JudulBuku : 360 Cerita Jenaka Nasruddin Hoja. Ulangkisah : Irwan Winardi. HAMPIR tiap etnis atau bangsa memiliki tokoh-tokoh lucu, humoris, Bahkan konyol dan sinting dengan perkataan dan perilakunya kadang-kadang menggelikan atau menjengkelkan dan tidak masuk akal serta diluar kewaiaran Namun jika direnungkan, dibalik ketidaknormalannya
Seorang filsuf yang penasaran dengan Nasrudin Hoja, mengajak Nasrudin untuk berjalan-jalan berkeliling kota. Setelah sekian lama mengobrol dan berdebat, akhirnya keduanya memutuskan untuk mencari tempat makan. Tak lama kemudian, mereka tiba di sebuah rumah makan terkemuka dan meminta masakan paling spesial untuk hari ini.“Menunya adalah ikan bakar,” kata pelayan.“Bawakan dua untuk kami!” jawab menit kemudian, sang pelayan membawakan dua ikan bakar. Yang satu lebih besar daripada yang lain. Tanpa permisi, Nasrudin langsung mengambil ikan bakar yang lebih besar. Sang filsuf, melihat cara Nasrudin yang tidak sopan, segera memarahi Nasrudin. Menurutnya, Nasrudin sangat egois, melanggar etika, dan perilakunya tidak sesuai dengan kecerdasan. Setelah diceramahi sekian lama, Nasrudin menyela.“Sudah cukupkah Tuan?” tanya Nasrudin.“Anda benar-benar tidak sopan. Saya malu berteman dengan Anda. “Sebagai seorang yang bermoral, saya tidak akan berperilaku seperti Anda. Saya justru akan memilih ikan bakar yang lebih kecil!” jawab filsuf tersebut.“Ini bagian Anda kalau begitu,” Nasrudin menyodorkan ikan bakar yang lebih kecil kepada filsuf Rahasia dalam Kisah Filsuf MoralisTerdapat kejadian yang bisa dilepaskan dari prinsip moral yang kita anut selama ini karena yang kita maksud sebagai moral sebenarnya adalah “selubung untuk menutupi keinginan atau keserakahan diri sendiri”. Padahal, seharusnya, moral dapat disebutkan sebagai “upaya manusia untuk berbagi satu sama lain dengan melepaskan segala perangkat yang melekati, termasuk harga diri”. Kita bisa menganggap bahwa Sang filsuf yang memeroleh ikan bakar kecil, tengah termakan ucapannya sendiri tentang “tindakan mengalah”. Kita juga bisa berpendapat bahwa Nasrudin tengah mengajari sang filsuf untuk menyelaraskan ucapan dan hatinya karena orang yang ucapan dan hatinya tidak selaras adalah orang munafik. Bagaimana mungkin orang munafik bisa memberikan ilmu pengetahuan? Tweet Share Share Share Share About Fitra Firdaus Aden Seorang penulis lepas, content writer, keyboard warrior, dapat dihubungi melalui fitrafirdausaden
Tapipada kelima sisi makam yang lain, justru sama sekali tidak diberi pagar, seolah boleh dimasuki bahkan oleh keledai sekalipun. Di pemakamannya pun orang masih disuguhkan rasa humor, khas sang penghuni makam, Mullah Nasruddin Hoja.* *Ady Amar, penikmat dan pemerhati buku, tinggal di Surabaya. Baca juga Oleh Uttiek M Panji Astuti, Penulis dan TravelerSaya sering menuliskan tentang dongeng pengantar tidur yang diceritakan Papi pada saya dan adik-adik sewaktu kecil dulu. Favorit saya adalah perjuangan Shalahuddin Al Ayyubi saat membebaskan Al lain yang menarik adalah kecerdikan Abu Nawas dan bijaksananya Raja Harun Al-Rasyid. Saya selalu tertawa terpingkal-pingkal dengan ulahnya. Sampai sekarang pun saya masih bisa mengingat selesai bercerita tentang Abu Nawas, Papi menutupnya dengan menyanyikan syair I’tiraf. Saking menancapkan syair itu, tiap kali mendengarnya, saya selalu terlempar ke momen masa kecil dulu. Kenangan dongeng pengantar tidur itu terbawa sampai dewasa. Bahkan syair itu yang saya pilih saat melangkah ke pelaminan dengan asli Abu Nawas adalah Abu Ali Al-Hasan bin Hani Al-Hakami. Ia lahir pada 145 H 747 M di kota Ahvaz yang sekarang berada di yang bernama Hani Al-Hakam, seorang legiun militer Marwan II. Ibunya bernama Jalban. Sejak kecil Abu Nawas sudah yatim. Ia dibawa ibunya ke Bashrah untuk menuntut ulama tercatat menjadi gurunya. Di antaranya Abu Zaid al-Anshari dan Abu Ubaidah, pada keduanya ia belajar sastra belajar Alqur’an pada Ya'qub Al-Hadrami. Belajar hadist pada Abu Walid bin Ziyad, Muktamir bin Sulaiman, Yahya bin Said Al-Qattan, dan Azhar bin Sa'ad heran, sekalipun disampaikan dengan gaya humor sufi, namun perkataan dan syairnya penuh menulis puisi menarik perhatian Khalifah Harun Al-Rasyid. Melalui musikus istana, Ishaq Al-Wawsuli, Abu Nawas dipanggil untuk menjadi penyair istana Sya'irul Bilad. Syair dan puisi Abu Nawas dikumpulkan dalam “Diwan Abu Nawas”. Saking masyhurnya, kitab ini diterjemahkan dalam berbagai bahasa dan diterbitkan di berbagai negara. Seperti Wina, Austria 1885, Kairo, Mesir 1860, Beirut, Lebanon 1884, India 1894.Manuskripnya saat ini masih tersimpan di perpustakaan Berlin, Wina, Leiden, dan bisa menuturkan semua hal melalui humor satire. Bahkan tentang kematian sekalipun. Konon, sebelum meninggal ia minta keluarganya mengkafaninya dengan kain bekas yang kelak jika Malaikat Munkar dan Nakir datang ke kuburnya, Abu Nawas dapat mengatakan. "Tuhan, kedua malaikat itu tidak melihat kain kafan saya yang sudah compang-camping dan lapuk ini. Itu artinya saya penghuni kubur yang sudah lama."Orang-orang dengan mata batin yang terasah dan mampu menyampaikan hikmah melalui humor, tak hanya Abu Asia Tengah ada sosok yang bernama Nasreddin Hoja atau Nasarudin Hoja dalam pelafalan orang Indonesia. Tak kalah terkenalnya dengan Abu bijak ini lahir di Konya, Turki. Namun semasa hidupnya berkelana hingga ke Samarkand dan sempat berjumpa dengan Amir catatan para sufi disebutkan beberapa dialog Nasarudin dengan Amir Temur. Kecerdikannya mampu menundukkan hati Sang Amir, hingga ia diangkat menjadi Hoja dikenal sebagai sufi bijak yang cerdas dalam membuat lelucon, serta mengajarkan ilmu hikmah dalam memaknai satu yang terkenal adalah kebiasaanya mengendarai keledai dengan menghadap ke belakang dan cerita tentang ia dan anaknya yang menggendong keledai ke lagi yang tak kalah terkenal. Kalau di Indonesia, entah mengapa kata bahlul dilekatkan dengan kata bodoh. Padahal dalam bahasa Arab tidak dikenal kata sejatinya adalah nama orang sederhana yang bijak. Semacam Kabayan kalau dalam karakter cerita lokal. Ia menyampaikan nasihat dengan gaya humor ala Abu Nawas, namun sarat menyampaikan kebenaran melalui humor adalah salah satu bentuk kecerdasan. Tidak semua orang bisa melakukannya. Sayangnya, yang sekarang banyak disaksikan adalah para pemimpin yang terlihat lucu, padahal tidak bermaksud tetiba saya teringat syair indah ini. Ilahi lastu lil firdausi ahla, wa la aqwa 'ala naril jahimi, wa habli taubatan waghfir dzunubi, fa innaka ghofirudz dzambil 'adhimi
 BukuSANG MULLAH KUMPULAN KISAH BIJAK JENAKA NASRUDIN HOJA - Astrid S di Tokopedia ∙ Promo Pengguna Baru ∙ Cicilan 0% ∙ Kurir Instan. BKBN Bu Ka Bali Nada Homi ki Ă© homi ka ta manda papagaio, ayoHomi ki Ă© homi ka ta manda papagaioHomi ki Ă© homi ka ta manda papagaio, ayoHomi ki Ă© homi ka ta manda papagaioN'avisau, n'ripitiu, n'torna flauKo porta mal, kelĂĄ pa mi ka ta daTĂ­nhamos tudo para dar certo, ululuNĂŁo sabes como eu sofriN'staba mal, ma dja aceta, eitaPronta pa torna começaMama avisaba, mi mama dja flabaNha fidju, homi si ka bali nadaPa mi bu ta matabaHoji foi bo ki matam, yaMa n'ka ta desejau mal nauKelĂĄ foi Dios ki libram, ayaPa mi bu ta matabaHoji foi bo ki matam, yaMa n'ka ta desejau mal nauKelĂĄ foi sĂł Dios ki libramBu ka bali nadaNau, bu ka bali penaGossi mi n'ten certezaBu ka Ă© nha alma gĂȘmeaBu ka bali nadaNau, bu ka bali penaGossi mi n'ten certezaBu ka Ă© nha alma gĂȘmeaMĂĄs un bĂȘs bu fla ma ami eraBu amiga, bu amor, bu amantiEt c'est pas vraiEt c'est pas vraiÉ ka un, Ă© dĂŽs, trĂȘsBu fadja, bu mintiBu fazem di dodu, bu jura pa tudu, aiĂ©Problema ki, pa bo, kelĂĄ Ă© normalPa mi bu ta matabaHoji foi bo ki matam, yaMa n'ka ta desejau mal nauKelĂĄ foi sĂł Dios ki libramBu ka bali nadaNau, bu ka bali penaGossi mi n'ten certezaBu ka Ă© nha alma gĂȘmeaBu ka bali nadaNau, bu ka bali penaGossi mi n'ten certezaBu ka Ă© nha alma gĂȘmeaAfinal, o papi Ă© mentirosoAfinal, o papi perdeu tudoAfinal, o papi manipulouManipulou manipulouAfinal, o papi Ă© mentirosoAfinal, o papi perdeu tudoAfinal, o papi manipulouManipulou manipulouBu ka bali nadaNau, bu ka bali penaGossi mi n'ten certezaBu ka Ă© nha alma gĂȘmeaBu ka bali nadaNau, bu ka bali penaGossi mi n'ten certezaBu ka Ă© nha alma gĂȘmeaAh, ah, n'ten dorAh, n'ten dorAh, ah, j'ai mal VNVN VocĂȘ NĂŁo Vale Nada Homem que Ă© homem, nĂŁo fica de conversa fiada, eiHomem que Ă© homem, nĂŁo fica de conversa fiadaHomem que Ă© homem, nĂŁo fica de conversa fiada, eiHomem que Ă© homem, nĂŁo fica de conversa fiadaTe avisei, repeti e te falei de novoPra parar de se comportar mal, que pra mim jĂĄ chegaTĂ­nhamos tudo para dar certo, realVocĂȘ nĂŁo como eu sofriEstava mal, mas jĂĄ aceitei, eitaPronta pra começar de novoMinha mĂŁe avisava, minha mĂŁe sempre falavaMinha filha, homem assim nĂŁo vale nadaVocĂȘ matava por mimHoje foi vocĂȘ que acabou me matando, Ă©Mas nĂŁo te desejo nenhum malIsso foi Deus que me livrou, ahVocĂȘ matava por mimHoje foi vocĂȘ que acabou me matando, Ă©Mas nĂŁo te desejo nenhum malIsso foi Deus que me livrou, ahVocĂȘ nĂŁo vale nadaNĂŁo, vocĂȘ nĂŁo vale a penaHoje tenho certezaQue vocĂȘ nĂŁo Ă© minha alma gĂȘmeaVocĂȘ nĂŁo vale nadaNĂŁo, vocĂȘ nĂŁo vale a penaHoje tenho certezaQue vocĂȘ nĂŁo Ă© minha alma gĂȘmeaMais uma vez, que vocĂȘ me fala que era sĂłSua amiga, seu amor, sua amanteE isso nĂŁo Ă© verdadeIsso nĂŁo Ă© verdadeNĂŁo foi uma vez, mas duas, trĂȘsVocĂȘ vacilou, vocĂȘ mentiuVocĂȘ me fez ser a doida, vocĂȘ jurou por tudo, Ă©O problema Ă© que pra vocĂȘ isso Ă© normalVocĂȘ matava por mimHoje foi vocĂȘ que acabou me matando, Ă©Mas nĂŁo te desejo nenhum malIsso foi Deus que me livrouVocĂȘ nĂŁo vale nadaNĂŁo, vocĂȘ nĂŁo vale a penaHoje tenho certezaQue vocĂȘ nĂŁo Ă© minha alma gĂȘmeaVocĂȘ nĂŁo vale nadaNĂŁo, vocĂȘ nĂŁo vale a penaHoje tenho certezaQue vocĂȘ nĂŁo Ă© minha alma gĂȘmeaNo fim, o cara Ă© mentirosoNo fim, o cara perdeu tudoNo fim, o cara manipulouManipulou manipulouNo fim, o cara Ă© mentirosoNo fim, o cara perdeu tudoNo fim, o cara manipulouManipulou manipulouVocĂȘ nĂŁo vale nadaNĂŁo, vocĂȘ nĂŁo vale a penaHoje tenho certezaQue vocĂȘ nĂŁo Ă© minha alma gĂȘmeaVocĂȘ nĂŁo vale nadaNĂŁo, vocĂȘ nĂŁo vale a penaHoje tenho certezaQue vocĂȘ nĂŁo Ă© minha alma gĂȘmeaAh, ah, isso me dĂłiAh, isso me dĂłiAh, ah, isso me faz mal SangMullah; Kumpulan Kisah Bijak Jenakasa Nasrudin Hoja di Tokopedia ∙ Promo Pengguna Baru ∙ Cicilan 0% ∙ Kurir Instan. FilterBukuSosial PolitikNovel & SastraReligi & SpiritualHobiBuku Remaja dan AnakMainan & HobiMasukkan Kata KunciTekan enter untuk tambah kata 75 produk untuk "nasrudin hoja" 1 - 60 dari 75UrutkanAdSang Mullah Kumpulan Kisah Bijak Jenaka Nasrudin SelatanAlifia 15AdShalat Jum'at di Hari Kamis - 101 Kisah Jenaka Nasruddin SlemanArea Buku 20AdPerkembangan Tafsir Al-Quran Di Asia Tenggara - Nasruddin 6%Kab. SlemanSocial Agency 13AdProduk Terbarubuku DARMAGANDHUL KISAH KEHANCURAN JAWA DAN AJARAN2 RAHASIA buku erga online bookAdBUKU BIOGRAFI LENGKAP ALI BIN ABI THALIB RA - Abdul Syukur 2BUKU SANG MULLAH KUMPULAN KISAH BIJAK JENAKA NASRUDIN 3Sang Mullah Kumpulan Kisah Bijak Jenaka Nasrudin SelatanAlifia 15SANG MULLAH KUMPULAN KISAH BIJAK JENAKA NASRUDIN 2Sang Mullah Kumpulan Kisah Bijak Jenaka Nasrudin Hoja - Astrid BandungBukunetbuku,360,CERITA JENAKA NASRUDIN Sidoarjotoko kolong atap
Judulbuku: Shalat Jum'at di Hari Kamis 101 Kisah Jenaka Nasruddin Hoja Oleh: Muhibin Penerbit: Mutiara Media Pertama kali membaca kisah tentang Nasruddin Hoja dari buku Bahasa Inggris SMP dan SMA yang kala itu tokohnya bernama Nesreddin. Kisahnya begitu unik dan lucu namun sarat makna. Berawal dari sinilah upaya untuk mengumpulkan kisah-kisah Nereddin atau Nasruddin mulai timbul, namun apa
Ada seorang pedagang tua meninggal dan mewariskan harta yang cukup banyak buat anak lelaki satu-satunya. Namun karena anak itu sangat gemar berfoya-foya dengan teman-temannya dalam sekejap habislah harta warisan orang-tuanya. Tentu saja kawan-kawannya mengetahui bahwa ia sudah miskin mereka meninggalkannya. Ketika ia benar-benar miskin dan sebatangkara, pergilah ia menemui Nasruddin Hoja yang dikenal bijak dan dapat menolong siapa pun yang sedang mengalami kesulitan. “Hartaku sudah habis dan kawan-kawanku semuanya telah meninggalkanku,” kata anak lelaki itu. “ Tolong ramalkan apa yang akan terjadi pada saya.” “Oh, jangan khawatir,” jawab Nasruddin Hoja “Segalanya akan beres kembali. Tunggu beberapa hari, kau akan senang dan bahagia melebihi sebelumnya.” Anak itu gembira bukan main mendengar kata-kata itu. “Jadi saya akan kembali menjadi kaya raya ?” tanyanya. “O, tidak, bukan itu maksudku. Kau salah tafsir. Maksudku ialah dalam waktu yang tak lama kau akan terbiasa menjadi orang miskin dan terbiasa pula tak mempunyai teman. Seorang filsuf dan moralis yang terkenal singgah di kota Ak Shehir tempat Nasruddin Hoja tinggal. Filsuf itu telah banyak mendengar tentang kebijaksanaan Nasruddin Hoja, ia bermaksud mengajaknya berdiskusi. Untuk itu ia mengundang Nasruddin Hoja makan di suatu restoran. Setelah memesan makanan, mereka pun berdiskusi. Tak lama kemudian pelayan datang menghidangkan dua ekor ikan bakar. Salah satu ikan bakar itu memiliki ukuran yang jauh lebih besar dari ikan lainnya. Tanpa ragu-ragu Nasruddin Hoja mengambil ikan yang terbesar. Sang filsuf menggerenyitkan keningnya menatap Nasruddin Hoja dengan tatapan yang tak percaya. Kemudian Sang Filsuf mengatakan bahwa apa yang dilakukan Nasruddin adalah suatu hal yang hina dan egois dan bertentangan dengan prinsip-prinsip moral, etika dan kepercayaaan masyarakat pada umumnya. Nasruddin Hoja mendengarkan khotbah Sang Filsuf dengan sabarnya sampai Sang Filsuf kehabisan tenaga. “Kalau begitu Tuan, seharusnya apa yang akan kau lakukan ?” tanya Nasruddin Hoja kemudian. “Kalau saya, sebagai orang yang bijak. Saya tidak akan mementingkan diri sendiri dan tentunya akan mengambil ikan yang lebih kecil untuk diriku sendiri.” Kata Sang Filsuf. “Silakan kalau begitu !” kata Nasruddin Hoja singkat, sambil menyodorkan ikan yang kecil pada Sang Filsuf. Nasruddin berbincang-bincang dengan hakim kota. Hakim kota, seperti umumnya cendekiawan masa itu, sering berpikir hanya dari satu sisi saja. Hakim memulai, “Seandainya saja, setiap orang mau mematuhi hukum dan etika, 
” Nasruddin menukas, “Bukan manusia yang harus mematuhi hukum, tetapi justru hukum lah yang harus disesuaikan dengan kemanusiaan.” Hakim mencoba bertaktik, “Tapi coba kita lihat cendekiawan seperti Tuan. Kalau Anda memiliki pilihan kekayaan atau kebijaksanaan, mana yang akan dipilih?” Nasruddin menjawab seketika, “Tentu, saya memilih kekayaan.” Hakim membalas sinis, “Memalukan. Tuan adalah cendekiawan yang diakui masyarakat. Dan Tuan memilih kekayaan daripada kebijaksanaan?” Nasruddin balik bertanya, “Kalau pilihan Tuan sendiri?” Hakim menjawab tegas, “Tentu, saya memilih kebijaksanaan.” Dan Nasruddin menutup, “Terbukti, semua orang memilih untuk memperoleh apa yang belum dimilikinya.”
Nasrudiningin membawa buah tangan berupa itik panggang. Sayang sekali, itik itu telah dimakan Nasrudin sebuah kakinya pagi itu. "Lihatlah," kata Nasrudin puas, "Di sini itik hanya berkaki satu." Tentu Timur Lenk tidak mau ditipu. Maka ia pun berteriak keras. Semua itik kaget, menurunkan kaki yang dilipat, dan beterbangan.
BKBN Bu Ka Bali Nada VNVN VocĂȘ NĂŁo Vale Nada Homi ki Ă© homi ka ta manda papagaio, ayo Homi ki Ă© homi ka ta manda papagaio, ayo Homem que Ă© homem, nĂŁo fica de conversa fiada, ei Homi ki Ă© homi ka ta manda papagaio Homi ki Ă© homi ka ta manda papagaio Homem que Ă© homem, nĂŁo fica de conversa fiada Homi ki Ă© homi ka ta manda papagaio, ayo Homi ki Ă© homi ka ta manda papagaio, ayo Homem que Ă© homem, nĂŁo fica de conversa fiada, ei Homi ki Ă© homi ka ta manda papagaio Homi ki Ă© homi ka ta manda papagaio Homem que Ă© homem, nĂŁo fica de conversa fiada N&39;avisau, n&39;ripitiu, n&39;torna flau N&39;avisau, n&39;ripitiu, n&39;torna flau Te avisei, repeti e te falei de novo Ko porta mal, kelĂĄ pa mi ka ta da Ko porta mal, kelĂĄ pa mi ka ta da Pra parar de se comportar mal, que pra mim jĂĄ chega TĂ­nhamos tudo para dar certo, ululu TĂ­nhamos tudo para dar certo, ululu TĂ­nhamos tudo para dar certo, real NĂŁo sabes como eu sofri NĂŁo sabes como eu sofri VocĂȘ nĂŁo como eu sofri N&39;staba mal, ma dja aceta, eita N&39;staba mal, ma dja aceta, eita Estava mal, mas jĂĄ aceitei, eita Pronta pa torna começa Pronta pa torna começa Pronta pra começar de novo Mama avisaba, mi mama dja flaba Mama avisaba, mi mama dja flaba Minha mĂŁe avisava, minha mĂŁe sempre falava Nha fidju, homi si ka bali nada Nha fidju, homi si ka bali nada Minha filha, homem assim nĂŁo vale nada Pa mi bu ta mataba Pa mi bu ta mataba VocĂȘ matava por mim Hoji foi bo ki matam, ya Hoji foi bo ki matam, ya Hoje foi vocĂȘ que acabou me matando, Ă© Ma n&39;ka ta desejau mal nau Ma n&39;ka ta desejau mal nau Mas nĂŁo te desejo nenhum mal KelĂĄ foi Dios ki libram, aya KelĂĄ foi Dios ki libram, aya Isso foi Deus que me livrou, ah Pa mi bu ta mataba Pa mi bu ta mataba VocĂȘ matava por mim Hoji foi bo ki matam, ya Hoji foi bo ki matam, ya Hoje foi vocĂȘ que acabou me matando, Ă© Ma n&39;ka ta desejau mal nau Ma n&39;ka ta desejau mal nau Mas nĂŁo te desejo nenhum mal KelĂĄ foi sĂł Dios ki libram KelĂĄ foi sĂł Dios ki libram Isso foi Deus que me livrou, ah Bu ka bali nada Bu ka bali nada VocĂȘ nĂŁo vale nada Nau, bu ka bali pena Nau, bu ka bali pena NĂŁo, vocĂȘ nĂŁo vale a pena Gossi mi n&39;ten certeza Gossi mi n&39;ten certeza Hoje tenho certeza Bu ka Ă© nha alma gĂȘmea Bu ka Ă© nha alma gĂȘmea Que vocĂȘ nĂŁo Ă© minha alma gĂȘmea Bu ka bali nada Bu ka bali nada VocĂȘ nĂŁo vale nada Nau, bu ka bali pena Nau, bu ka bali pena NĂŁo, vocĂȘ nĂŁo vale a pena Gossi mi n&39;ten certeza Gossi mi n&39;ten certeza Hoje tenho certeza Bu ka Ă© nha alma gĂȘmea Bu ka Ă© nha alma gĂȘmea Que vocĂȘ nĂŁo Ă© minha alma gĂȘmea MĂĄs un bĂȘs bu fla ma ami era MĂĄs un bĂȘs bu fla ma ami era Mais uma vez, que vocĂȘ me fala que era sĂł Bu amiga, bu amor, bu amanti Bu amiga, bu amor, bu amanti Sua amiga, seu amor, sua amante Et c&39;est pas vrai Et c&39;est pas vrai E isso nĂŁo Ă© verdade Et c&39;est pas vrai Et c&39;est pas vrai Isso nĂŁo Ă© verdade É ka un, Ă© dĂŽs, trĂȘs É ka un, Ă© dĂŽs, trĂȘs NĂŁo foi uma vez, mas duas, trĂȘs Bu fadja, bu minti Bu fadja, bu minti VocĂȘ vacilou, vocĂȘ mentiu Bu fazem di dodu, bu jura pa tudu, aiĂ© Bu fazem di dodu, bu jura pa tudu, aiĂ© VocĂȘ me fez ser a doida, vocĂȘ jurou por tudo, Ă© Problema ki, pa bo, kelĂĄ Ă© normal Problema ki, pa bo, kelĂĄ Ă© normal O problema Ă© que pra vocĂȘ isso Ă© normal Pa mi bu ta mataba Pa mi bu ta mataba VocĂȘ matava por mim Hoji foi bo ki matam, ya Hoji foi bo ki matam, ya Hoje foi vocĂȘ que acabou me matando, Ă© Ma n&39;ka ta desejau mal nau Ma n&39;ka ta desejau mal nau Mas nĂŁo te desejo nenhum mal KelĂĄ foi sĂł Dios ki libram KelĂĄ foi sĂł Dios ki libram Isso foi Deus que me livrou Bu ka bali nada Bu ka bali nada VocĂȘ nĂŁo vale nada Nau, bu ka bali pena Nau, bu ka bali pena NĂŁo, vocĂȘ nĂŁo vale a pena Gossi mi n&39;ten certeza Gossi mi n&39;ten certeza Hoje tenho certeza Bu ka Ă© nha alma gĂȘmea Bu ka Ă© nha alma gĂȘmea Que vocĂȘ nĂŁo Ă© minha alma gĂȘmea Bu ka bali nada Bu ka bali nada VocĂȘ nĂŁo vale nada Nau, bu ka bali pena Nau, bu ka bali pena NĂŁo, vocĂȘ nĂŁo vale a pena Gossi mi n&39;ten certeza Gossi mi n&39;ten certeza Hoje tenho certeza Bu ka Ă© nha alma gĂȘmea Bu ka Ă© nha alma gĂȘmea Que vocĂȘ nĂŁo Ă© minha alma gĂȘmea Afinal, o papi Ă© mentiroso Afinal, o papi Ă© mentiroso No fim, o cara Ă© mentiroso Afinal, o papi perdeu tudo Afinal, o papi perdeu tudo No fim, o cara perdeu tudo Afinal, o papi manipulou Afinal, o papi manipulou No fim, o cara manipulou Manipulou manipulou Manipulou manipulou Manipulou manipulou Afinal, o papi Ă© mentiroso Afinal, o papi Ă© mentiroso No fim, o cara Ă© mentiroso Afinal, o papi perdeu tudo Afinal, o papi perdeu tudo No fim, o cara perdeu tudo Afinal, o papi manipulou Afinal, o papi manipulou No fim, o cara manipulou Manipulou manipulou Manipulou manipulou Manipulou manipulou Bu ka bali nada Bu ka bali nada VocĂȘ nĂŁo vale nada Nau, bu ka bali pena Nau, bu ka bali pena NĂŁo, vocĂȘ nĂŁo vale a pena Gossi mi n&39;ten certeza Gossi mi n&39;ten certeza Hoje tenho certeza Bu ka Ă© nha alma gĂȘmea Bu ka Ă© nha alma gĂȘmea Que vocĂȘ nĂŁo Ă© minha alma gĂȘmea Bu ka bali nada Bu ka bali nada VocĂȘ nĂŁo vale nada Nau, bu ka bali pena Nau, bu ka bali pena NĂŁo, vocĂȘ nĂŁo vale a pena Gossi mi n&39;ten certeza Gossi mi n&39;ten certeza Hoje tenho certeza Bu ka Ă© nha alma gĂȘmea Bu ka Ă© nha alma gĂȘmea Que vocĂȘ nĂŁo Ă© minha alma gĂȘmea Ah, ah, n&39;ten dor Ah, ah, n&39;ten dor Ah, ah, isso me dĂłi Ah, n&39;ten dor Ah, n&39;ten dor Ah, isso me dĂłi Ah, ah, j&39;ai mal Ah, ah, j&39;ai mal Ah, ah, isso me faz mal
Nasrudintersenyum, lantas berkata, Jika kalian tak bisa tertawa pada lelucon yang diceritakan berulang kali, lantas mengapa kalian selalu mengeluhkan masalah masalah yang sama berulang ulang." *Disarikan dari Buku Sang Mullah, Kumpulan Kisah Bijak Jenaka Nasrudin Hoja
Monumen Nasaruddin Hoja di Konya, Turki. - Oleh Achmad Charris Zubair, Mantan Dosen Filsafat UGM tinggal di Kotagede, satu malam, Nasaruddin Hoja terlihat sibuk mencari cari sesuatu di bawah lampu penerangan jalan di sudut kampung kota Antah seorang tetangganya penasaran dan bertanya "Dari tadi kuperhatikan dirimu sibuk mencari sesuatu disini. Apa yang kau cari wahai Nasaruddin?" Nasaruddin menjawab "Kunci lemari pakaianku. Tadi jatuh dan tak bisa kutemukan lagi". "Memang jatuhnya di sebelah mana?" "Jatuhnya di rumahku" "Di rumahmu? Lalu kenapa kau mencarinya di sini?" "Rumahku gelap gulita, sedangkan di sini terang benderang. Kata Sang Guru Bijak yang selalu kuingat, bahwa mencari barang hilang di tempat terang lebih mudah daripada mencari barang hilang di tempat gelap." *****Nasaruddin Hoja secara teoretik normatif benar, logikanya "lurus", secara etis ia juga menunjukkan "ketaatan" pada Sang Guru Bijak. Namun, secara fakta dan evidensi objektif ia tidak akan pernah menyelesaikan masalah, ia tidak akan pernah menemukan kuncinya yang Nasaruddin Hoja nampak konyol dan "bodoh", tapi kisah itu sesungguhnya sedang menyindir kebanyakan manusia. Menyindir kita-kita ini, bahkan yang hidup di masa milenial, masa puncak ilmu dan rasionalitas manusia. Manusia seperti sedang jumawa ketika bicara fatwa, bicara ayat, bicara hal yang seolah logis normatif, bahkan suci dan sakral. Sampai berbuih buih dan bahkan sampai menyalahkan orang lain dan hanya membenarkan dirinya. Tapi, ternyata hanya berhenti pada sepotong teks tidak sampai menggapai keutuhan konteks. Tak mampu melihat hal yang faktual dan aktual. Sibuk mencari pembenaran dan bukannya saya yang lemah ini untuk mawas diri, apakah ternyata perilaku Nasaruddin Hoja itu adalah perilaku saya sendiri? BACA JUGA Update Berita-Berita Politik Perspektif Klik di Sini i8GU.
  • iqz0ow63dn.pages.dev/157
  • iqz0ow63dn.pages.dev/25
  • iqz0ow63dn.pages.dev/311
  • iqz0ow63dn.pages.dev/343
  • iqz0ow63dn.pages.dev/30
  • iqz0ow63dn.pages.dev/139
  • iqz0ow63dn.pages.dev/267
  • iqz0ow63dn.pages.dev/88
  • iqz0ow63dn.pages.dev/14
  • kata bijak nasrudin hoja